Jumat, 10 April 2015

Seharusnya aku tidak mencintaimu

Hai bloggers!
Udah tiga bulan nih aku ga nge post. Abis malees banget mau buka blog. Padahal banyak banget yang pengen aku curhatin disini. Huffft. Eh iya bentar lagi aku empat bulan jomblo lohhB) haha ga kerasa, cepet bangeeet. Dan akhirnya mantanku nambah satu, jadi empat deh. Pfftttt.
Padahal aku cm pengen punya dua/tiga mantan, eh inii malah udah empat aja. Kapan ya aku bisa pacaran langgeng kayak anak-anak? Pengen u,u.
  • Pertama pcrn cuma 1 bulan trus ga kelar-kelar sampe dua tahun trus akhirnya balikan lagi dan intheend balik lagi ke 'kakakadeanzone'.
    • Pcrn kali ke-dua 9 bulan tapi pts nyambung. 
    • Pcrn kali ke-3 cuma 3hari:v. 
    • Dan pacaran kali ke-empat cuma 2 minggu HAHA-_-

    Btw kalian tipe orang yang gampang atau susah jatuh cinta? Kalo aku sih susah bgt tapi kalo udah suka sama satu orang beuuuhhh move on nya bisa satu abad wkwkwk :v

    Dan dua bulan lalu, untuk ke dua kalinya aku ngerasain lagi yang namanya "fall in love". Setelah bertahun tahun gabisa move on akhirnya aku nemuin sosok cowo yang bikin aku nyaman banget. Awalnya sih aku biasa aja sama dia, sama sekali ga ada perasaan apapun. Aku cuma anggep dia kakak kelas, gak lebih. Tapi karna dia selalu 'ada' tiap hari, perlahan rasa itu mulai muncul. Dia selalu bikin aku senyum, dia yang bikin aku lupa sama masalah-masalah aku. Dia care. Dia baik. Dia humoris. Dia sempurna dimata aku. Aku ga tau apa yang aku rasain saat itu. Tapi sebisa mungkin aku mendam perasaan yang tumbuh di hatiku ini, karna aku tahu. Kemungkinan aku bisa sama dia itu 0,001%. Udah hampir mustahil:'). Dan akhirnya semua berjalan begitu saja. Tanpa status. Meskipun tanpa status aku udah bahagia kok. Bisa deket sama kamu aja udah cukup. Hari demi hari perasaan ini semakin menjadi-jadi. Setiap hari aku selalu baca history chat dari kamu. Setiap kali aku membacanya, bibir ini selalu tersenyum. Dan kini aku mulai bertanya, "Do you feel what I feel too?"


    Untuk kamu..
    Jelaskan padaku mengapa semua jadi serumit ini? Aku tak tahu jika kamu tiba-tiba memenuhi sudut-sudut terpencil di otakku, hingga memenuhi relung-relung hatiku. Semua terjadi begitu cepat, tanpa teori dan banyak basa-basi. Aku melihatmu, mengenalmu lalu mencintaimu. Sesederhana itulah kamu mulai menguasai hari-hariku. Kamu jadi penyebab rasa semangatku. Kamu menjelma jadi senyum yang tak bisa ku jelaskan dengan kata-kata. Iya, mungkin, aku jatuh cinta. Entah kamu.

    Dan kalau ditanya siapa yang paling mencintaimu, tentu diam-diam, hatiku yang terdalam mengaku bahwa akulah yang paling mencintaimu. Kamu adalah segalaku, hadir dalam mimpiku, selalu ada dalam doaku, hidup dalam hatiku, dan terbayang-bayang dalam ingatanku. Aku mencintaimu, demi apapun, aku sangat mencintaimu. Tetapi keadaan memaksaku untuk terus memendam perasaan ini. Kenyataan menjadikanku hanya bisa mencintaimu dalam diam.

    Di kamarku yang sepi, sambil mendengarkan rintik hujan malam ini, aku hanya bisa diam dan merenung. Mungkin, aku perempuan paling tolol yang pernah ada, perempuan yang selalu mencintaimu tanpa banyak menuntut dan meminta, perempuan yang selalu mengabaikan semua yang berusaha mendekatinya hanya demi lelaki sepertimu. Ketika wanita jalang itu mencoba mengusikku, aku hanya tersenyum sinis dan tertawa. Dalam pikiranku, dialah yang mendekatimu, dialah yang diam-diam masuk dalam hubungan kita, dan dialah yang memurahkan diri untuk melahap habis perhatianmu. Namun ternyata aku salah..

    Saat mencintaimu, aku tak ingin percaya pendapat siapapun. Aku tak ingin percaya pada bisikan sahabatku bahwa kamu adalah rubah dengan wajah domba, serigala dengan tatapan kucing manja, dan kelelawar bertaring ompong. Ya, aku tak ingin percaya apa kata mereka. Aku hanya menduga bahwa kamu mencintaiku dan aku sangat menggilaimu setulus hati.

    Kamu menawarkan banyak mimpi padaku, sebagai perempuan yang masih meraba-raba apa itu cinta, aku tak menolak untuk masuk ke dalam dunia khayalmu. Kau tidak memaksaku masuk ke dalam hujan dan badai, kau sediakan pelangimu sendiri, pelangi kita, yang ternyata.. semu.

    Dua bulan ini sosokmu telah melekat sangat dalam. Kamu berhasil membuatku lupa pada masa laluku, lupa bahwa aku pernah punya luka, dan aku lupa bahwa kita memang belum terikat status apa-apa. Kamulah yang terbaik, pikirku. Dan aku tidak peduli apa kata orang tentangmu. Yang jelas aku mencintaimu. Aku ingat bagaimana senyummu berhasil membuatku tak ingin jauh dari ponsel, karena tak ingin berhenti menatap fotomu. Aku tidak peduli dan menutup telinga pada apapun yang membuatku sebenarnya tersiksa. Aku jatuh cinta padamu dan aku sangat mempercayaimu. Aku percaya kau tidak akan menyakitiku karena aku masih yakin kamu adalah kamu, kamu yang kukenal, kamu yang tanpa topeng, dan kamu yang seutuhnya dirimu. Itulah caraku menilaimu, meskipun dunia melarang kita untuk bersama.

    Setiap hari rasanya berbeda dan tak lagi sama. Kamu hadir dan membawa banyak perubahan dalam hari-hariku. Hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kosong dihatiku. Tak ada percakapan yang biasa, seakan-akan semua terasa begitu ajaib dan luar biasa. Aku menjadi takut kehilangan kamu. Kamu mungkin belum terlalu paham dengan perasaanku, karena kamu memang tak pernah sibuk memikirkanku.

    Mungkin semua memang salahku. Yang menganggap semua berubah sesuai keinginanku. Aku yang terlalu berharap banyak. Akulah yang tidak menyadari posisiku. Akulah yang bodoh. Akulah yang bersalah! Sekarang, tenanglah. Tak perlu memperhatikanku lagi. Aku terbiasa tersakiti kok.

    Menjauhlah. Aku ingin dekat dengan orang yang benar-benar menyanyangiku dan memperjuangkanku.  Disana lukaku terobati. Disana tak ku temui orang sepertimu, yang berganti-ganti topeng dengan mudahnya, yang berat untuk mengakui dan mengatakan apa sebenarnya yang hatinya rasakan.. Dan sekarang perasaanku untukmu kini mulai memudar.
    Teruntuk kamu.. Terima kasih pernah datang, lalu menghilang. Terima kasih pernah ada, lalu tiada. Terima kasih pernah menghibur, lalu kabur. Terima kasih pernah meninggikan harap, lalu menjatuhkan. Terima kasih pernah mendekat, lalu menjauh. Terima kasih pernah peduli, lalu tak acuh. Terima kasih telah mengisi kekosonganku. Terimakasih. Pioo.. 
    Dan satu lagi. Jangan pernah memulai kalau tidak mau mempertahankan.


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar